Buta permanen karena penyakit katarak bisa dicegah melalui deteksi dini terhadap gejala-gejalanya. Tidak selalu harus menggunakan alat canggih, kini gangguan pada selaput mata ini bisa juga dideteksi dengan handphone.
Teknologi terbaru ini dikembangkan oleh Massachusetts Institute Technologi (MIT) dan diharapkan bisa dipakai di masyarakat di daerah terpencil yang sulit mengakses fasilitas kesehatan. Bahkan karena pemakaiannya mudah, handphone tersebut tidak harus dioperasikan oleh dokter mata.
Pada dasarnya, teknologi ini bekerja sebagai radar, mirip alat yang dipakai untuk memantau kondisi awan dan cuaca. Radar dengan panjang gelombang tertentu dipancarkan dari sebuah alat ke permukaan mata untuk mendetekasi adanya lapisan berkabut yang disebut katarak.
"Kamera handphone akan memindai lensa mata, lalu membuat peta yang menunjukkan posisi, ukuran, bentuk dan kerapatan karatak," ungkap salah seorang peneliti yang terlibat dalam pengembangan, Citor Pamplona seperti dikutip dari Mobilhealthnews.
Tentunya tidak sembarang handphone bisa dipakai untuk mendeteksi katarak dengan teknologi ini. Agar bisa memancarkan radar, handphone harus dipasangi chip dan perangkat lunak yang didesain khusus untuk memonitor kondisi kelainan pada selaput mata.
Hasilnya akan ditampilkan di layar handphone, berupa skor yang berkisar antara 1-4. Skor 1 menunjukkan adanya pengkabutan yang menghalangi penglihatan dalam derajat yang paling ringan, sedangkan skor 4 menunjukkan tingkatan paling parah sehingga butuh penanganan lebih lanjut oleh dokter mata.
Untuk saat ini, teknologi yang diberi nama Caltra System tersebut belum bisa dibeli di toko-toko handphone karena memang belum diluncurkan secara resmi. Peluncurannya baru akan dilakukan dalam konferensi teknologi SIGGRAPH di Vancouver, British Columbia bulan depan.
Katarak merupakan penyebab kebutaan paling banyak di seluruh dunia, namun gejala awalnya masih sulit dideteksi khususnya di negara-negara miskin yang fasilitas kesehatannya kurang memadahi. Untuk menyembuhkannya, satu-satunya cara adalah lewat operasi.
Sumber: http://www.detikinet.com
Teknologi terbaru ini dikembangkan oleh Massachusetts Institute Technologi (MIT) dan diharapkan bisa dipakai di masyarakat di daerah terpencil yang sulit mengakses fasilitas kesehatan. Bahkan karena pemakaiannya mudah, handphone tersebut tidak harus dioperasikan oleh dokter mata.
Pada dasarnya, teknologi ini bekerja sebagai radar, mirip alat yang dipakai untuk memantau kondisi awan dan cuaca. Radar dengan panjang gelombang tertentu dipancarkan dari sebuah alat ke permukaan mata untuk mendetekasi adanya lapisan berkabut yang disebut katarak.
"Kamera handphone akan memindai lensa mata, lalu membuat peta yang menunjukkan posisi, ukuran, bentuk dan kerapatan karatak," ungkap salah seorang peneliti yang terlibat dalam pengembangan, Citor Pamplona seperti dikutip dari Mobilhealthnews.
Tentunya tidak sembarang handphone bisa dipakai untuk mendeteksi katarak dengan teknologi ini. Agar bisa memancarkan radar, handphone harus dipasangi chip dan perangkat lunak yang didesain khusus untuk memonitor kondisi kelainan pada selaput mata.
Hasilnya akan ditampilkan di layar handphone, berupa skor yang berkisar antara 1-4. Skor 1 menunjukkan adanya pengkabutan yang menghalangi penglihatan dalam derajat yang paling ringan, sedangkan skor 4 menunjukkan tingkatan paling parah sehingga butuh penanganan lebih lanjut oleh dokter mata.
Untuk saat ini, teknologi yang diberi nama Caltra System tersebut belum bisa dibeli di toko-toko handphone karena memang belum diluncurkan secara resmi. Peluncurannya baru akan dilakukan dalam konferensi teknologi SIGGRAPH di Vancouver, British Columbia bulan depan.
Katarak merupakan penyebab kebutaan paling banyak di seluruh dunia, namun gejala awalnya masih sulit dideteksi khususnya di negara-negara miskin yang fasilitas kesehatannya kurang memadahi. Untuk menyembuhkannya, satu-satunya cara adalah lewat operasi.
Sumber: http://www.detikinet.com
8:05 AM | 0
comments | Read More